Direktur Utama Sarinah Fetty Kwartati (kiri) mendampingi Menteri BUMN Erick Thohir melihat relief.(Foto: Antara)
DISEMUA.COM – Kira-kira 10 tahun silam, arsitek Yuke Ardhiati mendapat informasi sepenggal dari maestro pematung Indonesia, Edhi Sunarso. Intinya bahwa ada karyanya berupa mozaik di Gedung Sarinah, Jakarta.
Edhi Sunarso yang meninggal pada 2016 adalah pembuat Monumen Selamat Datang, Monumen Dirgantara, dan Monumen Pembebasan Irian Barat di Jakarta. “Sebelum meninggal, dia (Edhi Sunarso) bilang saya punya karya mozaik di Sarinah,” ungkap Yuke Ardhiati.
Informasi itu tak menyebut secara detail letak persisnya mozaik. “Saat itu, saya tidak berpikir akan ada relief di lantai dasarnya,” akunya.
Belakangan, dia menemukan foto pengusaha Dewi Motik saat belia dan mengenakan kebaya. Dia dipotret dengan latar mozaik di ruang multi guna Gedung Sarinah. “Saya telepon Dewi Motik, dan dia mengaku saat itu sedang mendaftar acara None Jakarta,” ungkap Yuke seperti dilansir BBC.
Kejadiannya pada 1968. Berada di lantai 14, tempat itu kelak disulap menjadi night club pertama di Indonesia. Namanya Miraca Sky Club, yang dikelola tokoh perfilman Usmar Ismail. “Tempat itu juga jadi pusat mode dan syuting film segala,” cerita Yuke seperti dilansir BBC.
Masih penasaran dengan mozaik itu, Yuke menelusuri judul filmnya. Dia berhasil mendapatkan potongan film yang memperlihatkan mozaik tersebut. “Keren banget mozaiknya, lebih mewah dibanding yang di lantai dasar,” katanya.
Sayangnya, dia hanya mendapat satu gambar saja. Padahal dia yakin ada 12 potongan mozaik lainnya. “Temanya, ada perempuan Bali menggerai dagangannya. Itu di bawah. Yang di atas, perempuan berdagang dengan cara berkeliling,” imbuhnya.
Apakah relief berupa mozaik di lantai 14 masih ada? “Sudah tidak ada,” kata Yuke. Dia sudah mengklarifikasi penelusurannya kepada pimpinan Sarinah dan jawabannya belum pernah melihatnya.
“Memang sudah tidak ada. Di berita koran telah terjadi kebakaran (di gedung Sarinah pada 1980-an), sehingga meluluhlantakkan sebagian struktur dan pasti koleksi-koleksinya,” ungkap Yuke.
Dia menduga kebakaran yang menyebabkan mozaik itu tidak ditemukan lagi. Baru setelah di media sosial beredar tentang penemuan relief di lantai dasar Sarinah, Yuke sempat mengira adalah mozaik seperti disebut Edhi. Namun belakangan, dia tidak yakin itu relief yang sama.
Secara keseluruhan, relief di Gedung Sarinah masih utuh dan kondisinya baik. “Tidak dalam kondisi rusak. Itu masih sangat baik,” kata Direktur Utama PT Sarinah Fetty Kwartati,
Fetty juga menegaskan posisi relief tetap akan di posisi awal dan tidak akan dipindah. Sarinah juga melibatkan tim ahli cagar budaya DKI Jakarta dan tim sidang pemugaran. Kira-kira empat bulan lalu, mereka diundang Sarinah untuk melihat langsung relief tersebut.
Sementara itu, kurator seni Asikin Hasan mengakui bahwa saat ditemukan, ada dinding triplek yang membelah relief di sisi pinggir relief. “Itu dinding triplek untuk dua ruang terpisah, ruang mesin dan petugasnya,” ungkapnya.
Namun, dia memastikan secara umum relief dalam kondisi baik. Saat ini pihak Sarinah sedang mengonservasi relief tersebut, sebelum nantinya ditampilkan ke depan publik pada 17 Agustus mendatang. “Jadi restorasinya benar-benar mengembalikan kepada kondisi awal, sedapat mungkin ya,” katanya.
Anggota tim ahli cagar budaya Jakarta Candrian Attahiyat menambahkan, pihaknya belum mengeluarkan rekomendasi lantaran data kesejarahan relief masih minim. “Tetapi ini tetap kami jadikan sebagai bagian sejarah pembangunan Sarinah. Sedangkan Sarinah sudah diusulkan sebagai cagar budaya. Jadi reliefnya disusulkan sebagai bagian gedung sarinah,” kata Candrian.
Nilai penting dari relief itu adalah sebagai sebuah narasi sejarah. Jadi harus dilestarikan. “Ini karya seni bagian dari gagasan Presiden pertama Indonesia, Soekarno. Jadi perlu ada apresiasi,” katanya.